Contoh laporan hasil wawancara



     Pada kesempatan kali ini, saya akan memberitahukan contoh laporan hasil wawancara. Sebenarnya tugas ini pernah diberikan disekolah, jadi saya akan memberitahukan bagaimana cara penulisan laporan hasil wawancara dengan benar, terutama kepada sesama pelajardan kamu yang berminat dalam bidang jurnalistik.
     Waktu itu, kami ( saya dan seorang teman saya ) dibeeri tugas oleh guru kami untuk mewawancarai seorang tokoh yang berprestasi. Akhirnya kami memutuskan untuk mewawancarai salah seorang guru di sekolah kami. Beliau bernama bapak Yudhistira Ria M,pd. Beliau telah mendapatkan banyak penghargaan dalam bidang seni, terutama karikatur, sehingga menarik minat kami untuk emngenal beliau lebih jauh.

Berikut wawancaranya :


 Assalamualaikum wr wb
kali ini saya sudah bersama bapak salah satu guru di SMAN 2 Bangkalan. yakni bapak Yudhistira Ria M,pd, berikut wawancara kami :

Penanya : “ Kira-kira sudah berapa lama mengabdi sebagai guru di SMA 2 Negeri Bangkalan  dan dari tahun berapa ? “

Narasumber : “ Kalau di Sma 2 baru 7 tahun. mulai dari tahun 1986 “

Penanya : ” Apa saja prestasi yang sudah bapak dapatkan dibidang seni ? ”

Narasumber : ” Kalau di bidang seni ada yang regional, tingkat nasional sama internasional. Kalau regional itu membuat poster terbaik se-Madura, kemudian di regionalnya Jawa Timur dan nasional juga sama. Tapi kalau di internasionalnya, kebanyakan menang di lomba karikatur. Diantaranya di Belgia, Aljazair, kemudian di Jepang, yang di Belgia itu dua kali, aljazair satu kali, dan di Jepang itu tiga kali. Semuanya penerimaan hadiah di ambil disana.

Penanya : ” Dari sekian prestasi, tentunya ada yang paling berkesan. Apa prestasi yang berkesan bagi bapak ? ”

Narasumber : ” Untuk penghargaan seni, itu saya lebih berkesan kepada lembaga-lembaga yang di adakan diluar negeri. Karena tingkat apresiasinya, baik penghargaan terhadap seninya, maupun pemberian reward kepada pelaku seninya itu lebih besar. Diantaranya itu saya di Belgia, itu saya pernah menerima hadiah sebesar 60 juta. Sedangkan di Indonesia, atau katakan secara regional, yang dilakukan lembaga pendidikan itu maksimal 1 juta dan rata dari Rp. 300.000- Rp. 500.000.

Penanya : ” Kapan tahun terakhir lomba yang bapak ikuti di luar negeri ? ”

Narasumber : ” Tahun yang mengikuti diluar negeri itu tahun 2006, mendapatkan satu grand prize dengan hadiah sebesar 60 juta, itu di Belgia, di knok wese.

Penanya : “ Bagaimana ceritanya bapak bisa memenangkan lomba karikatur di Jepang secara internasional ? “

Narasumber : “ Pertama, kan sekarang sudah dunianya IT, sehingga saya membuka file, ternyata diluar negeri itu ada lomba-lomba yang patut diikuti oleh seluruh pelaku seni. Diantaranya berupa karikatur, dan saya bukan istilahnya mencoba, tetapi langsung membuat suatu karya yang murni. Dan alhamdulillah Allah merahmati saya sehingga saya menjadi satu-satunya di Indonesia pemenang lomba karikatur di sana setiap tahunnya.

Penanya : “ Apakah lomba di Jepang itu mewakili SMA Negeri 2 Bangkalan atau Jawa Timur atau lainnya  pak ? “

Narasumber : “ Seperti yang saya sampaikan tadi, itu merupakan suatu bentuk inisiatif. Buka-buka internet, ternyata ada. Dengan begitu berarti saya mengikuti secara pribadi. Nah,  Yang saya maksudkan tadi, tingkat penghargaan dari pemerintah atau dilingkungan kita itu lebih besar diluar. Seandainya itu lebih besar disini ketika saya dikatakan membawa nama harum Indonesia, membawa nama harum Jawa Timur, atau kabupaten Bangkalan, mestinya saya mendapatkan reward tambahan. Ternyata tidak, dibiarkan begitu saja.

Penanya : ” Sejak kapan bapak sudah menyukai seni karikatur ? ”

Narasumber : ” Saya awalnya menjadi direksi di Jawa Pos, kemudian di Surya, kemudian di Morandum. Dan disana saya sering meng edit karya-karya orang yang dikirim, hingga saya menjadi direkturnya, sehingga saya mempunyai semacam bentuk kepahaman, kriteria apa yang perlu atau dan patut ditampilkan sebagai karikatur atau kartun. Sebab kartun dengan karikatur itu beda. Kalau kartun lebih di arahkan kepada sisi humornya, sedangkan karikatur,  ada sisi humor dan ada sisi kritiknya.

Penanya : ” Bagaimana pandangan bapak terhadap minat siswa dibidang karikatur tersebut ? ”

Narasumber : ” Sementara waktu, karena gurunya sendiri atau didalam pembelajaran tidak ada yang di khususkan di bidang kartun, sehingga saya tidak bisa mengatakan kalau anak-anak tidak berminat, tapi justru sistemnya yang tidak memberi peluang untuk anak berminat ”

Penanya : ” Lalau apa harapan bapak kedepan dalam minat siswa dalam bidang karikatur ini ? ”

Narasumber : ” Harapan saya ada kurikulum yang memberikan peluang, sehingga anak yang mempunyai talenta untuk karikatur dan kartun itu bisa terakumulasi dengan bagus. Sementara di SMA 2 kan ada guru yang menghuni. Dan dengan adanya materi semacam itu, saya rasa tepat, akan mencetak anak-anak yang tidak hanya gurunya saja yang berprestasi, tapi lebih diharapkan siswa sebagai generasi penerus. ”

Demikian perbincangan kami dengan bapak Yudhistira, selaku guru seni di SMAN 2 Bangkalan.
Terimakasih
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dan ini adalah hasil laporan wawancara tadi.


Bapak Yudhistira Ria M,pd adalah salah satu guru di SMAN 2 Bangkalan. Beliau sudah 7 tahun mengajar di sekolah tersebut sejak tahun 1986. Sudah banyak prestasi yang beliau dapatkan, seperti lomba membuat poster terbaik se-Maduira hingga lomba karikatur yang di adakan di Belgia, Aljazair, dan Jepang. Terakhir kali bapak Yudhistira mengikuti lomba internasional pada tahun 2006 dan memenangkan grand prize sebesar Rp. 60.000.000 .
            Awal beliau mengikuti lomba internasional, yakni saat membuka file di Internet. Dan bapak Yudhistira melihat berbagai lomba yang patut untuk ikuti. Dan berkat rahmat Allah, baliau selalu menjadi satu-satunya pemenang dari Indonesia.
            Minat beliau pada seni karikatur dimulai sejak menjadi direksi di Jawa Pos, kemudian di Surya, dan di Morandum. Dan disana beliau sering meng edit karya-karya orang yang dikirim, hingga mempunyai semacam bentuk kepahaman tersendiri mengenai kartun dan karikatur.
Namun sayang, pemerintah kurang memperhatikan seni, sehingga apresiasi lembaga-lembaga diluar negeri dalam bidang seni lebih tinggi dari pada di Indonesia,
baik penghargaan terhadap seninya, maupun pemberian reward kepada pelaku seninya. bapak Yudhistira mendapatkan grand prize sebesar Rp. 60.000.000 dari lomba yang dimenangkannya di Belgia, sedangkan lomba di tingkat regional, maksimal hanya mendapatkan Rp. 1.000.000, dan rata-rata hanya berkisar Rp.300.000-Rp.500.000.
        Beliau berharap, agar ada kurikulum yang memberikan peluang, sehingga anak yang mempunyai talenta untuk karikatur dan kartun bisa terakumulasi dengan bagus. Dan akan mencetak anak-anak yang lebih berprestasi dari gurunya, karena mereka adalah generasi penerus bangsa.

Semoga bermanfaat.

2 comments:

  1. wiih makasih gan, saya juga dapet tugas wawancara disekolah, ada laporannya juga, harus dibikin film pula hehehe. makasih nih

    ReplyDelete
  2. Aku juga dapet ,tapi beda temanya. humm tpi gapapa deh

    ReplyDelete